Banyak orang masih menyamakan serangan jantung dan henti jantung, padahal keduanya merupakan kondisi yang sangat berbeda dengan penanganan yang juga tidak sama.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah “serangan jantung” dan “henti jantung” sering terdengar di media dan diskusi tentang kesehatan. Banyak orang menganggap kedua istilah ini sama, padahal sebenarnya ada perbedaan mendasar yang harus dipahami. Pemahaman yang tepat mengenai perbedaan tersebut tidak hanya penting untuk meningkatkan kesadaran, tetapi juga krusial untuk penanganan yang cepat dan tepat saat kondisi darurat terjadi.
Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung terhambat, biasanya akibat penyakit jantung koroner. Faktor seperti usia, pola makan, kebiasaan olahraga, serta kondisi medis tertentu bisa meningkatkan risiko Anda mengalami serangan jantung.
Henti jantung, di sisi lain, adalah kegagalan sistem listrik jantung yang menyebabkan detaknya berhenti tiba-tiba. Ini biasanya dipicu oleh gangguan irama jantung (aritmia), yang membuat jantung tidak lagi bisa memompa darah ke seluruh tubuh.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai gejala, penyebab, pengobatan, serta harapan hidup bagi penderita dua kondisi ini. Memahami perbedaannya bisa menyelamatkan nyawa.
Apa Itu Henti Jantung?
Henti jantung mendadak adalah kondisi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak, menyebabkan seseorang tidak responsif, tidak bernapas secara normal, dan tidak menunjukkan tanda-tanda sirkulasi darah. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat berujung pada kematian mendadak.
Namun, jika langkah penyelamatan seperti CardioPulmonary Resuscitation (CPR), defibrilasi, atau kardioversi dilakukan dengan cepat, henti jantung masih bisa dibalikkan dan pasien dapat bertahan hidup.
Penyebab Henti Jantung
Henti jantung sering kali disebabkan oleh gangguan struktural pada jantung. Sekitar 70% kasus terjadi akibat penyakit jantung iskemik, yang merupakan penyebab utama henti jantung. Selain itu, ada beberapa kondisi lain yang dapat memicu henti jantung, seperti:
Gangguan struktural jantung:
Gagal jantung kongestif (melemahnya fungsi jantung)
Hipertrofi ventrikel kiri (penebalan otot jantung)
Kelainan bawaan pada arteri koroner
Displasia ventrikel kanan aritmogenik (kelainan otot jantung)
Kardiomiopati hipertrofik obstruktif (penebalan otot jantung yang menghambat aliran darah)
Tamponade jantung (penumpukan cairan di sekitar jantung yang menekan fungsinya)
Gangguan listrik jantung (non-struktural):
Brugada syndrome
Wolf-Parkinson-White syndrome
Sindrom long QT bawaan (kelainan irama jantung)
Namun, penyebab henti jantung tidak selalu berasal dari jantung. Beberapa kondisi lain yang dapat memicu henti jantung meliputi:
Penyebab Non-Jantung:
Perdarahan otak (stroke hemoragik)
Emboli paru (penyumbatan pembuluh darah di paru-paru)
Pneumotoraks (paru-paru kolaps)
Gangguan pernapasan primer
Overdosis obat atau keracunan zat beracun
Ketidakseimbangan elektrolit
Infeksi parah (sepsis)
Hipotermia (suhu tubuh sangat rendah)
Cedera atau trauma berat
Memahami berbagai penyebab henti jantung dapat membantu dalam pencegahan dan penanganan dini untuk meningkatkan peluang keselamatan pasien.
Gejala Henti Jantung
Gejala henti jantung sering kali datang secara tiba-tiba. Beberapa tanda yang harus diwaspadai antara lain:
Hilangnya kesadaran secara mendadak
Tidak adanya napas atau napas yang sangat tidak normal
Tidak adanya denyut nadi
Karena gejalanya muncul secara mendadak, keluarga atau orang di sekitar korban harus segera memberikan pertolongan pertama, seperti memulai (CardioPulmonary Resuscitation) CPR dan segera menghubungi layanan darurat.
Apa Itu Serangan Jantung?
Serangan jantung, atau myocardial infarction, terjadi ketika aliran darah ke bagian dari otot jantung terhambat atau tersumbat. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh penumpukan plak (aterosklerosis) dalam arteri koroner. Ketika otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen, sel-selnya mulai mati, yang bisa menimbulkan kerusakan permanen pada jantung.
Penyebab Serangan Jantung
Beberapa faktor risiko tidak bisa diubah, tetapi banyak juga yang bisa dikendalikan dengan gaya hidup sehat.
Faktor Risiko yang Tidak Bisa Diubah:
Jenis kelamin : Pria lebih berisiko dibanding wanita, meskipun risiko wanita meningkat setelah menopause.
Usia : Semakin tua, semakin tinggi risiko terkena serangan jantung.
Riwayat keluarga : Jika ada anggota keluarga yang mengalami penyakit jantung, risiko Anda meningkat.
Faktor Risiko yang Bisa Diubah:
Merokok : Salah satu faktor utama yang merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko serangan jantung.
Kolesterol tinggi (Dyslipidemia) : Kadar low-density lipoprotein (LDL) ("kolesterol jahat") yang tinggi mempercepat penyumbatan arteri.
Diabetes : Gula darah tinggi dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Tekanan darah tinggi (Hipertensi) : Memaksa jantung bekerja lebih keras dan mempercepat kerusakan arteri.
Obesitas : Berat badan berlebih meningkatkan tekanan darah, kolesterol, dan risiko diabetes.
Kurang aktivitas fisik : Pola hidup sedentari memperburuk kesehatan jantung.
Kesehatan gigi buruk : Infeksi gusi kronis dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Penyakit pembuluh darah perifer : Penyempitan pembuluh darah di luar jantung juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
Kadar homosistein tinggi : Homosistein adalah asam amino yang, jika tinggi, bisa merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko serangan jantung.
Penyebab Lain Serangan Jantung
Selain faktor risiko utama, beberapa kondisi lain juga bisa memicu serangan jantung:
Trauma : Cedera pada dada yang memengaruhi jantung.
Vaskulitis : Peradangan pada pembuluh darah.
Penggunaan obat-obatan terlarang (kokain, amfetamin) : Memicu penyempitan atau kerusakan pembuluh darah.
Kelainan bawaan arteri koroner : Struktur arteri yang tidak normal sejak lahir.
Emboli arteri koroner : Penyumbatan akibat gumpalan darah atau material lain.
Diseksi aorta : Robeknya lapisan dalam aorta, yang bisa mengganggu suplai darah ke jantung.
Beban kerja jantung berlebihan : Penyakit seperti hipertiroidisme (tiroid terlalu aktif) atau anemia bisa membuat jantung bekerja lebih keras, meningkatkan risiko serangan jantung.
Gejala Serangan Jantung
Gejala serangan jantung bisa bervariasi antar individu. Beberapa gejala umum meliputi:
Gejalanya bisa bervariasi pada setiap orang, tetapi ada beberapa tanda utama yang paling sering muncul.
1. Nyeri atau Ketidaknyamanan di Dada
Biasanya terjadi di tengah atau sisi kiri dada.
Bisa terasa seperti tekanan berat, sesak, terhimpit, atau terbakar.
Dapat berlangsung beberapa menit atau datang dan pergi.
2. Merasa Lemah, Pusing, atau Pingsan : Bisa disertai keluarnya keringat dingin secara tiba-tiba
3. Nyeri atau Ketidaknyamanan di Bagian Tubuh Lain
Rahang, leher, atau punggung bisa terasa nyeri atau tegang tanpa sebab yang jelas.
Satu atau kedua lengan serta bahu juga bisa terasa sakit atau berat.
4. Sesak Napas : Biasanya terjadi bersamaan dengan nyeri dada, tetapi bisa juga muncul sebelum dada terasa sakit.
Tidak semua serangan jantung berlangsung dengan gejala yang dramatis. Beberapa wanita, misalnya, mungkin mengalami gejala yang lebih ringan atau bahkan tidak khas, sehingga sulit dikenali sebagai serangan jantung. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Perbedaan Utama Antara Henti Jantung dan Serangan Jantung
Meskipun kedua kondisi tersebut berhubungan dengan jantung, terdapat perbedaan signifikan yang harus dipahami:
Mekanisme Terjadinya
Henti Jantung: Terjadi ketika irama jantung menjadi kacau, sehingga jantung tidak lagi memompa darah. Ini adalah keadaan darurat yang memerlukan tindakan segera, karena setiap detik sangat berharga untuk mencegah kerusakan otak yang parah atau kematian.
Serangan Jantung: Terjadi akibat tersumbatnya aliran darah ke otot jantung, yang menyebabkan kematian sel otot jantung secara lokal. Meskipun juga serius, serangan jantung tidak selalu menyebabkan jantung berhenti berdetak. Bahkan, beberapa pasien dapat mengalami serangan jantung yang tidak menyebabkan henti jantung.
Tanda dan Gejala
Henti Jantung: Biasanya ditandai dengan kehilangan kesadaran mendadak dan tidak adanya napas atau denyut nadi. Karena gejala muncul secara mendadak, penting bagi orang di sekitar untuk segera melakukan tindakan pertolongan pertama.
Serangan Jantung: Ditandai dengan nyeri dada yang menetap dan bisa disertai dengan gejala lain seperti sesak napas, mual, dan nyeri yang menjalar ke bagian tubuh lainnya. Gejala serangan jantung mungkin muncul secara perlahan dan tidak selalu seketika seperti pada henti jantung.
Penanganan Darurat
Henti Jantung: Penanganan utama adalah segera melakukan (CardioPulmonary Resuscitation) CPR dan penggunaan defibrilator jika tersedia. Waktu adalah kunci dalam penanganan henti jantung karena otak hanya memiliki beberapa menit sebelum kerusakan permanen terjadi.
Serangan Jantung: Penanganan meliputi penggunaan obat-obatan (seperti trombolitik untuk melarutkan bekuan), tindakan intervensi seperti Percutaneous Coronary Intervention (PCI) atau yang dikenal pasang ring jantung, dan perawatan medis lanjutan di rumah sakit. Meski tidak selalu memerlukan defibrilasi, serangan jantung juga membutuhkan penanganan yang cepat untuk mengurangi kerusakan otot jantung.
Pencegahan Serangan Jantung dan Henti Jantung
Baik henti jantung maupun serangan jantung memiliki beberapa faktor risiko yang bisa dikelola melalui perubahan gaya hidup dan pengobatan. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang disarankan oleh para ahli kesehatan internasional:
Gaya Hidup Sehat
Olahraga Teratur: Aktivitas fisik membantu meningkatkan sirkulasi darah dan menjaga kesehatan jantung. Direkomendasikan untuk melakukan olahraga minimal 150 menit per minggu.
Diet Seimbang: Konsumsi makanan yang kaya akan serat, rendah lemak jenuh, dan tinggi antioksidan dapat membantu mencegah penumpukan plak di arteri.
Berhenti Merokok: Merokok adalah salah satu faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap penyakit jantung.
Kontrol Berat Badan: Menjaga berat badan ideal sangat penting untuk mencegah hipertensi dan diabetes, yang merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Deteksi dini terhadap kondisi seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi sangat penting. Pemeriksaan rutin dapat membantu mengidentifikasi masalah sejak dini dan memungkinkan intervensi yang tepat sebelum terjadi komplikasi serius.
Edukasi dan Pelatihan Pertolongan Pertama
Mengikuti pelatihan CardioPulmonary Resuscitation (CPR) dapat menyelamatkan nyawa. Banyak organisasi kesehatan, seperti American Heart Association, menyediakan kursus pelatihan pertolongan pertama kepada masyarakat umum untuk memastikan bahwa mereka siap merespons situasi darurat.
Kesimpulan
Membedakan antara henti jantung dan serangan jantung sangat penting untuk menentukan langkah penanganan yang tepat. Henti jantung terjadi secara tiba-tiba akibat gangguan irama jantung yang parah, sehingga memerlukan tindakan segera seperti CardioPulmonary Resuscitation (CPR) dan defibrilasi. Sementara itu, serangan jantung disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah ke otot jantung, yang walaupun serius, tidak selalu mengakibatkan jantung berhenti berdetak secara instan.
Pengetahuan yang mendalam tentang kedua kondisi ini dapat menyelamatkan nyawa. Edukasi mengenai tanda-tanda, faktor risiko, dan langkah pencegahan harus terus digalakkan. Masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam menjaga kesehatan jantung melalui pola hidup sehat, pemeriksaan rutin, dan kesiapan dalam memberikan pertolongan pertama.
Dalam dunia medis, kecepatan dan ketepatan penanganan adalah kunci utama. Sementara serangan jantung sering kali bisa dikenali melalui gejala yang berkembang secara bertahap, henti jantung menuntut respons yang segera dan tepat. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengetahui prosedur dasar pertolongan pertama serta mengenali kapan harus segera menghubungi layanan darurat.
Daftar Pustaka :
1. Mechanic OJ, Gavin M, Grossman SA. Acute Myocardial Infarction. [Updated 2023 Sep 3]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459269/
2. Ojha N, Dhamoon AS. Myocardial Infarction. [Updated 2023 Aug 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537076/
3. Centers for Disease Control and Prevention. (n.d.). About heart attack. Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved March 21, 2025, from https://www.cdc.gov/heart-disease/about/heart-attack.html
4. Healthgrades Editorial Staff. (n.d.). The difference between heart failure and cardiac arrest. Healthgrades. Retrieved March 21, 2025, from https://resources.healthgrades.com/right-care/heart-failure/the-difference-between-heart-failure-and-cardiac-arrest
5. Patel K, Hipskind JE. Cardiac Arrest. [Updated 2023 Apr 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534866/
6. Sharabi AF, Singh A. Cardiopulmonary Arrest in Adults. [Updated 2023 Jul 31]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563231/
7. CPR Care. (n.d.). Cardiac arrest vs. heart attack. CPR Care. Retrieved March 21, 2025, from https://cprcare.com/blog/cardiac-arrest-vs-heart-attack/