Hipersomnia: Ketika Rasa Kantuk Berlebihan Mengganggu Aktivitas Sehari-hari

Hipersomnia: Ketika Rasa Kantuk Berlebihan Mengganggu Aktivitas Sehari-hari

17/07/2025Bumame

Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk memulihkan tenaga dan menjaga kesehatan mental serta fisik. Namun, tidak jarang beberapa orang mengalami masalah tidur yang tidak hanya berkaitan dengan kurang tidur, melainkan tidur yang berlebihan.

Hipersomnia adalah kondisi di mana seseorang mengalami kantuk berlebih di siang hari meskipun telah mendapatkan waktu tidur yang cukup atau bahkan berlebihan. Gangguan ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, produktivitas, dan kualitas hidup. Mengidentifikasi masalah dan pemahaman terhadap penyebab dasarnya menjadi kunci untuk pengobatan yang tepat waktu dan hasil yang lebih baik.

Apa itu Hipersomnia?

Hipersomnia adalah suatu kondisi gangguan tidur yang ditandai dengan rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari. Penderita hipersomnia sering merasa mengantuk di saat-saat yang seharusnya aktif, sehingga mereka mudah tertidur bahkan di lingkungan yang tidak mendukung tidur, seperti saat bekerja atau berkendara. Gangguan ini dapat berdampak serius pada kehidupan sehari-hari, mulai dari menurunnya produktivitas di sekolah atau tempat kerja hingga kesulitan menjaga hubungan sosial dengan orang-orang terdekat. Selain itu, hipersomnia juga meningkatkan risiko kecelakaan dan cedera akibat hilangnya kewaspadaan.

Apa Penyebab Hipersomnia?

Para ahli belum sepenuhnya memahami penyebab hipersomnia. Beberapa jenis hipersomnia memiliki penyebab yang diketahui, tetapi sebagian besar kasus tetap tidak diketahui asalnya (idiopatik). Para peneliti masih mempelajari berbagai kemungkinan penyebab hipersomnia, termasuk:

  • Sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif setelah infeksi virus tertentu.

  • Perubahan ukuran atau ketebalan otak yang dapat memengaruhi fungsi tidur.

  • Variasi genetik yang berpotensi berkontribusi terhadap hipersomnia.

  • Gangguan pada neurotransmiter di otak, yang bertanggung jawab dalam mengatur siklus tidur dan bangun.

Jenis Hipersomnia

Tenaga medis mengelompokkan hipersomnia ke dalam dua kategori utama: hipersomnia primer dan hipersomnia sekunder.

1. Hipersomnia Primer

Hipersomnia primer terjadi tanpa adanya kondisi medis lain yang menyebabkannya. Tiga jenis utama hipersomnia primer adalah:

  • Hipersomnia idiopatik: Jenis hipersomnia yang paling umum, di mana penyebabnya tidak diketahui.

  • Sindrom Kleine-Levin (KLS): Kondisi langka yang membuat penderitanya tidur dalam waktu sangat lama, bisa mencapai 16 hingga 20 jam sehari selama satu episode.

  • Narkolepsi: Gangguan yang menyebabkan otak kehilangan kendali atas siklus tidur dan bangun, sehingga penderitanya bisa tiba-tiba tertidur tanpa peringatan.

2. Hipersomnia Sekunder

Hipersomnia sekunder terjadi ketika rasa kantuk berlebihan disebabkan oleh kondisi kesehatan lain atau faktor eksternal tertentu, seperti:

  • Konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang, seperti ganja atau opioid, yang dapat mengganggu pola tidur normal.

  • Gangguan kesehatan, termasuk kondisi yang memengaruhi otot, otak, atau sistem saraf pusat, serta gangguan kesehatan mental seperti depresi.

  • Cedera kepala, seperti trauma otak yang dapat meningkatkan risiko hipersomnia.

  • Insufficient sleep syndrome (Kurang tidur kronis), yang terjadi ketika seseorang tidak mendapatkan durasi tidur yang cukup dalam jangka panjang. Sebagian besar orang dewasa membutuhkan 7–9 jam tidur setiap malam.

  • Kualitas tidur yang buruk, misalnya akibat gangguan tidur seperti sleep apnea, gangguan lingkungan (cahaya atau kebisingan), atau sering terbangun saat tidur.

  • Efek samping obat atau alkohol, di mana beberapa obat seperti sedatif, pelemas otot, dan antipsikotik dapat memicu hipersomnia. Selain itu, penghentian obat stimulan, seperti yang digunakan untuk mengobati ADHD, juga dapat menyebabkan rasa kantuk berlebihan.

Mengenali jenis hipersomnia sangat penting untuk menentukan langkah pengobatan yang tepat dan membantu penderita mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Gejala Hipersomnia

Gejala utama pada penderita hipersomnia adalah rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari. Namun, gangguan ini juga dapat menimbulkan gejala lain yang mempengaruhi kualitas hidup, antara lain:

  • Kantuk Berlebihan: Penderita merasa mengantuk terus-menerus, bahkan setelah tidur dalam waktu yang cukup pada malam hari.

  • Tidur Berkepanjangan: Beberapa orang mungkin tidur selama 10 hingga 12 jam atau lebih setiap harinya, namun tetap merasa lelah.

  • Kesulitan Bangun Pagi: Rasa sulit untuk bangun dari tempat tidur dan perasaan “berat” di pagi hari.

  • Gangguan Konsentrasi dan Memori: Kelelahan kronis dapat mengganggu fungsi kognitif, membuat penderitanya sulit berkonsentrasi dan mengingat hal-hal penting.

  • Penurunan Performa Kerja atau Akademik: Mengantuk di siang hari dapat mengganggu aktivitas kerja atau belajar, yang berpotensi menurunkan produktivitas.

  • Mood yang Tidak Stabil: Rasa lelah yang terus-menerus dapat memicu perubahan suasana hati, seperti mudah marah atau bahkan depresi.

  • Sleep Attacks (Tidur Tiba-Tiba): Pada beberapa kasus, penderita bisa tertidur secara tiba-tiba dalam situasi yang tidak mendukung, misalnya saat berkendara atau sedang rapat.

Gejala-gejala tersebut seringkali saling berkaitan dan mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan, sehingga penting untuk segera mendapatkan penanganan medis apabila mengalami kondisi ini.

Pemeriksaan oleh Dokter

Untuk mendiagnosis hipersomnia, dokter akan meninjau gejala yang dialami pasien serta riwayat kesehatannya. Diagnosis hipersomnia umumnya ditegakkan jika seseorang mengalami gejala berikut selama setidaknya tiga bulan:

  • Rasa kantuk berlebihan di siang hari.

  • Dorongan yang tak tertahankan untuk tidur.

  • Tidur siang dalam waktu lama, tetapi tetap merasa tidak segar setelahnya.

  • Kesulitan bangun tidur, bahkan setelah tidur malam yang cukup atau lebih lama dari biasanya.

Selain wawancara medis, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai tingkat kewaspadaan pasien.

Pemeriksaan Penunjang untuk Hipersomnia

Jika diperlukan, dokter mungkin akan menyarankan beberapa pemeriksaan tambahan untuk menilai tingkat keparahan hipersomnia dan mencari tahu penyebabnya, antara lain:

  1. A Sleep Diary
    Pasien diminta mencatat waktu tidur dan bangun setiap hari untuk memantau pola tidurnya.

  2. Epworth Sleepiness Scale (ESS)
    Tes ini menggunakan skala untuk mengukur tingkat rasa kantuk seseorang dalam berbagai situasi guna menilai seberapa parah hipersomnia yang dialami.

  3. Multiple Sleep Latency Test (MSLT)
    Pasien akan diminta tidur siang dalam kondisi terpantau, sementara perangkat khusus akan mengukur jenis tidur yang dialami. Tes ini dapat membantu mengidentifikasi narkolepsi atau gangguan tidur lainnya.

  4. Polisomnografi
    Pasien akan menjalani pemeriksaan tidur semalam di laboratorium tidur. Selama tes ini, alat khusus akan memantau aktivitas otak, gerakan mata, detak jantung, kadar oksigen, serta fungsi pernapasan untuk mendeteksi gangguan tidur yang mendasari hipersomnia.

Dengan kombinasi wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan tes penunjang, dokter dapat menegakkan diagnosis hipersomnia dengan lebih akurat dan menentukan pengobatan yang paling sesuai untuk setiap pasien.

Pengobatan Hipersomnia

Penanganan hipersomnia biasanya bersifat individual dan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Secara umum, pengobatan dapat dibagi ke dalam dua pendekatan utama, yaitu terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis.

1. Terapi Non-Farmakologis

Perubahan gaya hidup dan pendekatan perilaku sering menjadi langkah awal dalam mengatasi hipersomnia, antara lain:

  • Perbaikan Kebiasaan Tidur (Sleep Hygiene): Menetapkan jadwal tidur yang konsisten, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan gelap, serta menghindari stimulasi seperti layar gadget sebelum tidur.

  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Bagi beberapa pasien, CBT dapat membantu mengelola kecemasan atau stres yang berkontribusi pada gangguan tidur.

  • Manajemen Stres dan Olahraga: Aktivitas fisik secara teratur dan teknik relaksasi dapat meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi rasa kantuk berlebihan pada siang hari.

2. Terapi Farmakologis

Pada kasus tertentu, terutama ketika gangguan tidur memberikan dampak signifikan terhadap aktivitas sehari-hari, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengurangi rasa kantuk. Obat-obatan yang umum digunakan meliputi:

  • Stimulan: Seperti modafinil atau armodafinil, yang terbukti membantu meningkatkan kewaspadaan pada pasien dengan hipersomnia. Obat-obatan ini bekerja dengan cara merangsang sistem saraf pusat sehingga meningkatkan tingkat kesadaran.

  • Obat-obatan Lainnya: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat yang juga dapat membantu mengatur siklus tidur-bangun, tergantung pada kondisi dan respons pasien terhadap terapi.

Pemilihan pengobatan tentu didasarkan pada evaluasi menyeluruh, sehingga pemantauan rutin sangat diperlukan untuk menilai efektivitas dan menyesuaikan dosis sesuai kebutuhan.

Pencegahan Hipersomnia

Menjaga kualitas tidur yang baik sangat penting untuk mencegah gangguan tidur, termasuk hipersomnia. Beberapa perubahan gaya hidup berikut dapat membantu Anda mendapatkan tidur yang lebih nyenyak di malam hari dan tetap segar sepanjang hari:

1. Perbaiki Pola Makan

Penelitian menunjukkan bahwa pola makan sehat dapat meningkatkan kualitas tidur dan mencegah kantuk di siang hari. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, seperti diet Mediterania yang kaya akan sayuran, biji-bijian utuh, dan lemak sehat.

  • Menambah asupan protein, yang dapat membantu tidur lebih lama dan lebih nyenyak.

  • Mengurangi konsumsi gula dan lemak jenuh, karena dapat menyebabkan kantuk di siang hari dan mengganggu pola tidur.

2. Hindari Alkohol dan Kafein

  • Kafein adalah stimulan yang dapat membuat Anda tetap terjaga hingga larut malam jika dikonsumsi pada sore atau malam hari.

  • Alkohol, meskipun bersifat sedatif, justru membuat tidur menjadi kurang berkualitas dan tidak menyegarkan.

3. Tetapkan Jadwal Tidur yang Ketat

  • Usahakan untuk tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari, termasuk di akhir pekan.

  • Pola tidur yang konsisten membantu tubuh mengatur ritme sirkadian, sehingga kualitas tidur menjadi lebih baik.

4. Rutin Berolahraga

  • Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu meningkatkan kualitas tidur di malam hari dan mengurangi kantuk di siang hari.

  • Namun, hindari olahraga terlalu dekat dengan waktu tidur, karena bagi sebagian orang, ini justru bisa meningkatkan kewaspadaan dan menyulitkan tidur.

Dengan menerapkan kebiasaan sehat ini, Anda dapat meningkatkan kualitas tidur, mencegah gangguan tidur seperti hipersomnia, dan menjalani hari dengan lebih bertenaga.

Dampak Hipersomnia

Tanpa penanganan yang tepat, hipersomnia dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang berdampak besar terhadap kualitas hidup penderitanya. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:

  • Risiko Kecelakaan: Rasa kantuk yang berlebihan, terutama saat mengemudi atau bekerja dengan mesin, dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Banyak laporan kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh pengemudi yang mengantuk.

  • Penurunan Produktivitas: Gangguan tidur yang kronis dapat mengganggu konsentrasi, memori, dan kemampuan pengambilan keputusan, sehingga menurunkan kinerja di tempat kerja atau sekolah.

  • Gangguan Mental: Kelelahan yang terus-menerus sering kali berhubungan dengan peningkatan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan suasana hati lainnya.

  • Masalah Sosial: Penderita hipersomnia mungkin mengalami kesulitan dalam menjaga hubungan sosial karena keterbatasan dalam berpartisipasi aktif dalam kegiatan sehari-hari.

  • Dampak Kesehatan Fisik: Selain risiko kecelakaan, gangguan tidur yang kronis dapat memicu masalah kesehatan lain seperti gangguan metabolisme, penurunan sistem imun, dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.

Oleh karena itu, penanganan dini dan upaya pencegahan sangat penting untuk meminimalisir komplikasi yang dapat timbul akibat hipersomnia.

Kesimpulan

Hipersomnia merupakan gangguan tidur yang serius dan dapat berdampak besar pada aktivitas serta kualitas hidup seseorang. Kondisi ini ditandai dengan rasa kantuk yang berlebihan di siang hari, meskipun tidur cukup pada malam hari. Baik dalam bentuk primer maupun sekunder, hipersomnia memerlukan evaluasi medis yang menyeluruh untuk menentukan penyebab dan penanganannya.

Langkah pencegahan seperti menjaga konsistensi waktu tidur, menciptakan lingkungan tidur yang kondusif, dan mengelola stres menjadi kunci dalam mencegah terjadinya hipersomnia. Begitu pula, edukasi dan dukungan komunitas sangat diperlukan agar penderita tidak merasa terisolasi dan mendapatkan penanganan yang tepat sejak dini.

Penting untuk tidak menyepelekan gejala kantuk yang berlebihan. Segera konsultasikan dengan tenaga medis apabila mengalami tanda-tanda hipersomnia agar diagnosis dapat dilakukan secara dini dan pengobatan dapat dimulai secepat mungkin. Dengan pendekatan yang tepat, komplikasi serius seperti kecelakaan, penurunan produktivitas, dan gangguan mental dapat dihindari, sehingga kualitas hidup tetap terjaga.

Daftar Pustaka :

1. Dhillon K, Sankari A. Idiopathic Hypersomnia. [Updated 2023 Jul 31]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585065/

2. American Academy of Sleep Medicine. (2014). International classification of sleep disorders—third edition (ICSD-3). AASM Resour Libr, 281, 2313.

3. Bollu, P. C., Manjamalai, S., Thakkar, M., & Sahota, P. (2018). Hypersomnia. Missouri medicine, 115(1), 85–91.

4. Morse AM, Naik S. Idiopathic Hypersomnia: Neurobiology, Diagnosis, and Management. CNS Drugs. 2023 Apr;37(4):305-322. doi: 10.1007/s40263-023-00998-6. Epub 2023 Apr 18. PMID: 37069414.

5. PsychDB. (n.d.). Hypersomnolence disorder. Retrieved March 19, 2025, from https://www.psychdb.com/sleep/3-hypersomnolence-disorder

6. Cleveland Clinic. (n.d.). Hypersomnia. Retrieved March 19, 2025, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21591-hypersomnia

7. WebMD. (n.d.). Hypersomnia (excessive daytime sleepiness). Retrieved March 19, 2025, from https://www.webmd.com/sleep-disorders/sleep-disorders-hypersomnia