Mengenal Rakhitis: Penyakit Tulang pada Anak yang Dapat Dicegah

Mengenal Rakhitis: Penyakit Tulang pada Anak yang Dapat Dicegah

07/05/2025Bumame

Rakhitis menyebabkan tulang lemah dan tumbuh bengkok pada anak. Ketahui penyebabnya dan cara mencegahnya dengan nutrisi dan sinar matahari cukup.

Rakhitis merupakan kelainan tulang yang disebabkan oleh kekurangan vitamin D, kalsium, atau fosfor. Penyakit ini terutama terjadi pada anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, di mana mineral-mineral penting tersebut dibutuhkan untuk pembentukan dan pematangan tulang. Artikel ini akan mengulas secara komprehensif mengenai penyakit ini hingga upaya pencegahannya.

Apa itu Rakhitis

Rakhitis adalah kondisi penyakit tulang lunak yang terjadi pada anak akibat gangguan mineralisasi tulang. Kondisi ini terutama disebabkan oleh kekurangan vitamin D, yang berperan penting dalam penyerapan kalsium dan fosfor di usus. Tanpa vitamin D yang cukup, tulang tidak mendapatkan mineral yang diperlukan untuk pembentukan tulang yang keras dan kuat. Akibatnya, tulang menjadi lunak, rapuh, dan rentan mengalami deformitas. Menurut World Health Organization (WHO), kekurangan vitamin D merupakan salah satu masalah kesehatan global yang juga berdampak pada kualitas hidup anak-anak.

Bagaimana Penyebaran Rakhitis di Indonesia

Di Indonesia, rakhitis masih menjadi masalah kesehatan, terutama di daerah dengan paparan sinar matahari yang terbatas, pola makan yang kurang seimbang, serta faktor ekonomi dan budaya yang mempengaruhi asupan gizi. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Indonesia dan studi internasional, terdapat peningkatan kasus rakhitis terutama di wilayah pedesaan dan daerah dengan akses terbatas ke sumber pangan bergizi. Meskipun belum ada data nasional yang komprehensif, laporan regional menunjukkan bahwa prevalensi rakhitis di beberapa daerah mencapai angka yang mengkhawatirkan.

Beberapa faktor yang mendukung tingginya angka rakhitis di Indonesia antara lain:

  • Pola makan: Konsumsi makanan yang kurang mengandung vitamin D seperti ikan berlemak, susu, dan produk olahan susu.

  • Paparan sinar matahari: Meskipun Indonesia merupakan negara tropis, faktor-faktor seperti urbanisasi, penggunaan tabir surya, dan aktivitas dalam ruangan dapat mengurangi paparan sinar matahari yang memadai.

  • Faktor budaya: Adanya praktik berpakaian yang menutupi sebagian besar kulit, khususnya di beberapa komunitas, yang membatasi paparan langsung terhadap sinar matahari.

Kenapa Rakhitis Bisa Terjadi?

Rakhitis terjadi karena tulang tidak mendapatkan cukup vitamin D, kalsium, atau fosfor. Padahal, ketiga zat ini sangat penting untuk membuat tulang kuat dan keras. Kalau sampai kurang, tulang bisa menjadi lunak, lemah, dan mudah bengkok atau patah.

Ada beberapa penyebab utama rakhitis:

Kurang Sinar Matahari

  • Tubuh kita butuh sinar matahari untuk membuat vitamin D secara alami.

  • Kalau anak jarang main di luar rumah atau selalu pakai baju tertutup, tubuhnya sulit memproduksi vitamin D.

Kurang Makan Makanan Bergizi

  • Anak-anak yang tidak cukup makan susu, ikan, telur, atau makanan yang kaya vitamin D dan kalsium berisiko terkena rakhitis.

  • Bayi yang hanya minum ASI tanpa tambahan vitamin D juga bisa kekurangan nutrisi ini, terutama jika ibunya juga kurang vitamin D.

Masalah Penyerapan Nutrisi

  • Ada beberapa penyakit yang membuat tubuh sulit menyerap vitamin D dan kalsium, seperti penyakit celiac atau gangguan ginjal.

Kondisi Genetik

  • Beberapa anak lahir dengan kondisi yang menyebabkan tubuhnya tidak bisa menggunakan vitamin D dengan baik. Ini disebut rakhitis herediter (karena faktor keturunan).

Bagaimana Tubuh Mendapatkan Vitamin D?

Vitamin D bisa didapatkan dari tiga sumber utama:

Sinar Matahari

  • Kulit kita bisa membuat vitamin D sendiri ketika terkena sinar matahari.

  • Itulah sebabnya berjemur setiap pagi sangat penting untuk kesehatan tulang.

Makanan yang Mengandung Vitamin D

  • Tidak banyak makanan yang secara alami mengandung vitamin D. Namun, beberapa sumber yang baik adalah:

  1. Ikan berlemak (salmon, tuna, sarden)

  2. Kuning telur

  3. Susu dan produk olahannya (seperti keju dan yogurt)

  4. Jamur (beberapa jenis jamur bisa menghasilkan vitamin D ketika terkena sinar matahari)

  • Beberapa makanan seperti susu formula bayi, sereal, atau margarin sering ditambahkan vitamin D secara buatan (difortifikasi).

Suplemen Vitamin D

  • Jika anak tidak mendapatkan cukup vitamin D dari sinar matahari atau makanan, dokter bisa merekomendasikan suplemen vitamin D untuk mencegah atau mengobati rakhitis.

Perbedaan Rakhitis Akibat Kekurangan Nutrisi vs. Rakhitis Genetik

Rakhitis bisa terjadi karena dua alasan utama: kekurangan vitamin D dan kalsium atau faktor keturunan (genetik). Kedua jenis ini memiliki penyebab dan cara pengobatan yang berbeda.

Rakhitis Akibat Kekurangan Nutrisi

  • Disebabkan oleh kurangnya asupan vitamin D dan kalsium dalam makanan.

  • Biasanya terjadi pada anak-anak yang:

  1. Jarang terpapar sinar matahari.

  2. Tidak mengonsumsi makanan kaya vitamin D dan kalsium.

  3. Mengalami gangguan pencernaan yang menghambat penyerapan vitamin D.

  • Pengobatan:

  1. Mengonsumsi makanan kaya vitamin D dan kalsium.

  2. Suplemen vitamin D jika diperlukan.

  3. Berjemur di bawah sinar matahari secara rutin.

Rakhitis Genetik (Hereditary Rickets)

  • Disebabkan oleh kelainan bawaan yang membuat tubuh sulit menggunakan vitamin D atau menyerap kalsium dengan baik.

  • Ada beberapa jenis rakhitis genetik, seperti:

  1. Rakhitis Hipofosfatemik → tubuh tidak bisa menyerap fosfor dengan baik, yang menyebabkan tulang lemah.

  2. Rakhitis Vitamin D-Resistant → tubuh tidak bisa menggunakan vitamin D meskipun jumlahnya cukup.

  • Pengobatan:

  1. Biasanya memerlukan pengobatan khusus seperti suplemen fosfor atau hormon tertentu.

  2. Dalam beberapa kasus, anak mungkin membutuhkan perawatan medis jangka panjang.

Gejala yang Bisa Ditimbulkan oleh Rakhitis

Rakhitis pada anak-anak dapat menimbulkan berbagai gejala yang mudah dikenali oleh orang tua dan tenaga medis. Beberapa gejala umum rakhitis meliputi:

  • Deformitas Tulang: Anak bisa mengalami kelainan bentuk pada tulang, seperti kaki bengkok (genu varum atau genu valgum), tulang selangka melebar, atau deformitas lainnya.

  • Pertumbuhan Terhambat: Anak yang menderita rakhitis sering mengalami pertumbuhan yang lambat dan gagal mencapai tinggi badan sesuai usianya.

  • Nyeri Tulang dan Sendi: Gejala nyeri terutama pada tulang panjang dan sendi, yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

  • Kelemahan Otot: Anak bisa mengalami kelemahan otot yang menyebabkan kesulitan dalam berjalan atau melakukan aktivitas fisik.

  • Gangguan Gigi: Rakhitis juga dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi, sehingga menyebabkan gigi berlubang atau pertumbuhan gigi yang tidak normal.

  • Keterlambatan Perkembangan Motorik: Pada kasus yang parah, perkembangan motorik anak bisa terhambat karena rasa sakit dan kelemahan otot.

Penting untuk segera mengenali gejala-gejala tersebut agar penanganan dapat dilakukan sedini mungkin dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pemeriksaan oleh Dokter

Ketika orang tua menduga anaknya mengalami rakhitis, langkah awal yang harus dilakukan adalah berkonsultasi dengan dokter. Pemeriksaan awal biasanya meliputi:

  • Wawancara Riwayat Kesehatan: Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan anak, pola makan, dan kebiasaan paparan sinar matahari. Informasi ini penting untuk menentukan apakah anak memiliki risiko kekurangan vitamin D.

  • Pemeriksaan Fisik: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk memeriksa bentuk tulang, tanda-tanda deformitas, dan kelemahan otot.

  • Penilaian Gizi: Pemeriksaan pola makan dan status gizi anak juga menjadi bagian penting dalam menentukan apakah terdapat kekurangan nutrisi yang mendasari kondisi rakhitis.

Dokter biasanya akan mencatat temuan-temuan tersebut untuk menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, seperti tes darah dan pencitraan.

Pemeriksaan Lanjutan

Untuk memastikan diagnosis rakhitis, dokter mungkin akan merujuk anak untuk menjalani beberapa pemeriksaan lanjutan, antara lain:

  • Tes Darah: Pemeriksaan kadar vitamin D, kalsium, fosfor, dan hormon paratiroid (PTH) merupakan tes yang umum dilakukan. Hasil tes ini dapat mengonfirmasi apakah terdapat kekurangan vitamin D atau ketidakseimbangan mineral lainnya.

  • Pemeriksaan Radiologi: Foto rontgen dapat menunjukkan perubahan pada struktur tulang, seperti garis pertumbuhan yang melebar dan tulang yang lunak. Pemeriksaan ini membantu menilai tingkat keparahan penyakit.

  • Ultrasonografi: Dalam beberapa kasus, ultrasonografi dapat digunakan untuk menilai keadaan jaringan lunak di sekitar tulang.

  • Pemeriksaan Lainnya: Pada kasus-kasus yang kompleks, dokter mungkin juga melakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan gangguan metabolik atau kelainan genetik yang dapat menyebabkan gejala serupa.

Pemeriksaan lanjutan ini penting untuk memastikan diagnosis yang tepat dan merencanakan pengobatan yang sesuai.

Pengobatan yang Dapat Diberikan

Pengobatan rakhitis bertujuan untuk mengoreksi defisiensi dan mengatasi gejala yang ada, meliputi:

  • Suplemen Vitamin D dan Kalsium: Untuk meningkatkan kadar dalam tubuh dan mendukung pembentukan tulang yang sehat.

  • Perubahan Pola Makan: Meningkatkan konsumsi makanan kaya vitamin D dan kalsium seperti ikan berlemak, telur, dan produk susu.

  • Paparan Sinar Matahari: Mendorong anak untuk mendapatkan paparan sinar matahari pagi yang cukup untuk meningkatkan produksi vitamin D alami.

  • Fisioterapi: Untuk memperkuat otot dan meningkatkan mobilitas.

  • Pembedahan: Dalam kasus deformitas tulang yang parah, prosedur bedah mungkin diperlukan untuk memperbaiki bentuk tulang.

Komplikasi Rakhitis

Jika rakhitis tidak diobati dengan baik, berbagai komplikasi serius dapat terjadi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa komplikasi yang mungkin muncul antara lain:

  • Deformitas Tulang yang Permanen: Rakhitis yang tidak ditangani dapat menyebabkan deformitas tulang yang sulit diperbaiki, seperti kaki bengkok atau tulang belakang yang melengkung. Deformitas ini dapat mengganggu fungsi mobilitas dan aktivitas sehari-hari anak.

  • Pertumbuhan Terhambat: Anak yang mengalami rakhitis cenderung mengalami pertumbuhan yang lambat dan tidak mencapai potensi tinggi badan sesuai dengan usia, yang dapat berdampak psikologis dan sosial.

  • Keterlambatan Perkembangan Motorik: Rakhitis yang parah dapat menghambat perkembangan keterampilan motorik anak, sehingga mempengaruhi kemampuan belajar dan bermain.

  • Gangguan Gigi: Kekurangan vitamin D dan mineral lainnya juga dapat mempengaruhi kesehatan gigi, sehingga menimbulkan masalah pada pertumbuhan dan perkembangan gigi.

  • Kerentanan Terhadap Infeksi: Kekurangan vitamin D diketahui juga memengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga anak dengan rakhitis mungkin lebih rentan terhadap infeksi.

  • Masalah Jangka Panjang pada Kesehatan Tulang: Bahkan setelah masa pertumbuhan selesai, anak yang pernah mengalami rakhitis memiliki risiko lebih tinggi mengalami osteoporosis atau penyakit tulang lainnya di kemudian hari.

Komplikasi-komplikasi tersebut menekankan pentingnya diagnosis dini dan penanganan yang tepat untuk mencegah dampak negatif pada kesehatan jangka panjang.

Pencegahan yang Dapat Dilakukan

Pencegahan rakhitis merupakan aspek kunci dalam kesehatan anak, mengingat komplikasi yang bisa ditimbulkan jika tidak segera ditangani. Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Peningkatan Asupan Nutrisi: Pastikan anak mendapatkan makanan bergizi dengan cukup vitamin D, kalsium, dan fosfor. Makanan seperti ikan salmon, sarden, susu, dan produk turunannya sangat dianjurkan.

  • Edukasi Orang Tua: Kampanye dan penyuluhan tentang pentingnya nutrisi dan paparan sinar matahari perlu dilakukan di komunitas dan sekolah. Edukasi ini membantu orang tua memahami tanda-tanda kekurangan vitamin D dan pentingnya perawatan dini.

  • Paparan Sinar Matahari yang Cukup: Walaupun Indonesia memiliki iklim tropis, gaya hidup modern sering membuat anak kurang terpapar sinar matahari. Dorong anak untuk bermain di luar ruangan secara teratur, terutama pada pagi hari.

  • Suplementasi pada Kelompok Rentan: Anak-anak dengan risiko tinggi, seperti mereka yang tinggal di daerah dengan sinar matahari terbatas atau memiliki pola makan yang kurang memadai, dapat diberikan suplemen vitamin D sesuai anjuran dokter.

  • Program Kesehatan Sekolah: Sekolah dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk mengadakan pemeriksaan gizi dan edukasi tentang pencegahan rakhitis.

  • Monitoring Kesehatan Berkala: Pemeriksaan kesehatan rutin di puskesmas dan rumah sakit untuk memantau perkembangan anak dan mendeteksi dini tanda-tanda kekurangan nutrisi.

Kesimpulan

Rakhitis merupakan penyakit yang serius, terutama bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Penyebab utama rakhitis adalah kekurangan vitamin D, kalsium, atau fosfor, yang mengakibatkan gangguan pada proses mineralisasi tulang. Di Indonesia, kondisi ini masih cukup relevan terutama di daerah dengan paparan sinar matahari yang terbatas dan pola makan yang kurang seimbang. Gejala seperti deformitas tulang, nyeri, dan pertumbuhan terhambat harus segera dikenali oleh orang tua dan tenaga medis agar penanganan dapat dilakukan sedini mungkin.

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya vitamin D dan nutrisi yang baik, diharapkan angka kejadian rakhitis di Indonesia bisa berkurang dan anak-anak dapat tumbuh dengan tulang yang kuat dan sehat.

Sumber:

Ramasamy I. Vitamin D Metabolism and Guidelines for Vitamin D Supplementation. Clin Biochem Rev. 2020 Dec;41(3):103-126. doi: 10.33176/AACB-20-00006. PMID: 33343045; PMCID: PMC7731935.

Wagner CL, Greer FR; American Academy of Pediatrics Section on Breastfeeding; American Academy of Pediatrics Committee on Nutrition. Prevention of rickets and vitamin D deficiency in infants, children, and adolescents. Pediatrics. 2008 Nov;122(5):1142-52. doi: 10.1542/peds.2008-1862. Erratum in: Pediatrics. 2009 Jan;123(1):197. PMID: 18977996.

Munns CF, Shaw N, Kiely M, Specker BL, Thacher TD, Ozono K, Michigami T, Tiosano D, Mughal MZ, Mäkitie O, Ramos-Abad L, Ward L, DiMeglio LA, Atapattu N, Cassinelli H, Braegger C, Pettifor JM, Seth A, Idris HW, Bhatia V, Fu J, Goldberg G, Sävendahl L, Khadgawat R, Pludowski P, Maddock J, Hyppönen E, Oduwole A, Frew E, Aguiar M, Tulchinsky T, Butler G, Högler W. Global Consensus Recommendations on Prevention and Management of Nutritional Rickets. J Clin Endocrinol Metab. 2016 Feb;101(2):394-415. doi: 10.1210/jc.2015-2175. Epub 2016 Jan 8. PMID: 26745253; PMCID: PMC4880117.

Gentile, C., & Chiarelli, F. (2021). Rickets in children: an update. Biomedicines, 9(7), 738.

Pettifor, J. M., Thandrayen, K., & Thacher, T. D. (2018). Vitamin D deficiency and nutritional rickets in children. In Vitamin D (pp. 179-201). Academic Press.