Kanker prostat dapat berkembang tanpa gejala. Pemeriksaan PSA penting untuk deteksi dini dan meningkatkan peluang pengobatan yang berhasil.
Kanker prostat adalah jenis kanker yang berkembang di kelenjar prostat, organ kecil pada sistem reproduksi pria yang terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra (saluran kencing pria). Salah satu metode penting dalam deteksi dini kanker prostat adalah pemeriksaan Prostate-Specific Antigen (PSA), termasuk Total PSA dan Free PSA. Pemeriksaan ini membantu mendeteksi gangguan pada prostat, termasuk kanker, sebelum gejala muncul. Penyakit ini biasanya tumbuh secara perlahan, tetapi dalam beberapa kasus, dapat menyebar dengan cepat ke bagian tubuh lain, termasuk tulang dan organ.
Penyebarannya di Indonesia
Kanker prostat merupakan salah satu kanker yang paling umum terjadi pada pria di Indonesia. Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2020, terdapat lebih dari 13.000 kasus baru kanker prostat setiap tahunnya di Indonesia, dengan angka kematian yang cukup signifikan. Sebagai perbandingan, data pada tahun 2018 mencatat sekitar 11.000 kasus baru, yang menunjukkan adanya peningkatan insiden. Faktor-faktor seperti rendahnya kesadaran masyarakat, akses terbatas ke fasilitas kesehatan, serta kurangnya program deteksi dini tetap menjadi penyebab utama tingginya angka kematian akibat kanker prostat di Indonesia.
Faktor Resiko Kanker Prostat
Penyebab pasti kanker prostat belum sepenuhnya diketahui, tetapi beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, di antaranya:
Usia: Risiko kanker prostat meningkat secara signifikan pada pria di atas usia 50 tahun, karena perubahan hormonal dan akumulasi mutasi genetik seiring bertambahnya usia.
Riwayat keluarga: Pria dengan anggota keluarga dekat (ayah atau saudara laki-laki) yang menderita kanker prostat memiliki risiko lebih tinggi, terutama jika mutasi genetik seperti BRCA1 dan BRCA2 ada.
Etnisitas: Pria keturunan Afrika-Amerika lebih rentan terhadap kanker prostat yang agresif dibandingkan pria keturunan Asia atau Eropa. Faktor genetik dan perbedaan akses ke perawatan kesehatan mungkin berperan.
Diet tinggi lemak: Pola makan tinggi lemak jenuh dapat memengaruhi produksi hormon androgen, seperti testosteron, yang berkontribusi pada pertumbuhan sel-sel prostat abnormal.
Mutasi genetik: Perubahan genetik pada gen yang mengatur perbaikan DNA, dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker prostat.
Gaya hidup: Obesitas dan kurangnya aktivitas fisik terkait dengan peradangan kronis dan perubahan hormonal yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
Gejala yang Bisa Timbul
Pada tahap awal, kanker prostat sering tidak menimbulkan gejala. Namun, ketika kanker berkembang, gejala berikut dapat muncul:
Sulit buang air kecil, termasuk aliran urin yang lemah atau tersendat.
Frekuensi buang air kecil meningkat, terutama di malam hari (nocturia).
Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil.
Darah dalam urin atau semen.
Nyeri pada punggung bawah, panggul, atau paha bagian atas, yang dapat menjadi tanda penyebaran kanker.
Gejala-gejala tersebut juga dapat disebabkan oleh kondisi lain, seperti pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia/BPH) atau infeksi saluran kemih. Dokter dapat membedakan kondisi ini melalui kombinasi tes seperti pemeriksaan rektal digital (DRE), tes PSA, dan pencitraan lebih lanjut seperti ultrasonografi prostat, yang membantu memastikan diagnosis secara lebih akurat.
Pemeriksa ke Dokter
Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan, langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter. Pemeriksaan awal biasanya meliputi:
Anamnesis: Dokter akan menggali riwayat kesehatan dan keluhan pasien.
Pemeriksaan rektal digital (Digital Rectal Exam (DRE)): Dokter meraba prostat melalui rektum untuk mendeteksi adanya kelainan atau benjolan.
Tes darah Prostate-Specific Antigen (PSA): Kadar PSA yang tinggi dapat menunjukkan adanya masalah pada prostat, termasuk kanker. Namun, kadar PSA yang tinggi juga dapat disebabkan oleh infeksi atau kondisi lain.
Biopsi prostat: Mengambil sampel jaringan prostat untuk diperiksa di laboratorium guna memastikan diagnosis.
MRI atau CT Scan: Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kanker telah menyebar.
Pemeriksaan Total PSA dan Free PSA
Pemeriksaan Prostate-Specific Antigen (PSA) adalah salah satu cara utama untuk mendeteksi adanya gangguan pada prostat, termasuk kanker prostat. Terdapat dua jenis pemeriksaan utama, yaitu Total PSA dan Free PSA.
Apa Itu Total PSA dan Free PSA?
Total PSA: Mengukur jumlah total antigen spesifik prostat dalam darah. Angka ini mencakup PSA yang terikat pada protein dan PSA yang tidak terikat (bebas).
Free PSA: Mengukur jumlah PSA yang tidak terikat protein dalam darah. Rasio antara Free PSA dan Total PSA dapat memberikan indikasi apakah kanker prostat mungkin ada atau tidak.
Kegunaan Pemeriksaan PSA
Deteksi dini kanker prostat: Pemeriksaan PSA dapat mendeteksi kanker prostat pada tahap awal, bahkan sebelum gejala muncul.
Menentukan risiko kanker prostat: Rasio Free PSA terhadap Total PSA membantu dokter memutuskan apakah biopsi prostat diperlukan untuk diagnosis lebih lanjut.
Pemantauan setelah pengobatan: Pemeriksaan PSA digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan terapi dan mendeteksi kekambuhan kanker.
Cara Pemeriksaan dan Hasil
Pemeriksaan PSA dilakukan sebagai berikut:
Pengambilan sampel darah: Darah diambil dari vena di lengan pasien.
Analisis di laboratorium: Sampel diperiksa untuk mengukur kadar Total PSA dan Free PSA.
Hasil pemeriksaan biasanya dinyatakan dalam bentuk kadar PSA (ng/mL) dan rasio Free PSA terhadap Total PSA. Kadar PSA yang tinggi, misalnya di atas 4 ng/mL, dapat mengindikasikan masalah pada prostat. Rasio Free PSA yang rendah (di bawah 10%) dapat meningkatkan kemungkinan adanya kanker prostat, sementara rasio yang lebih tinggi (di atas 25%) lebih cenderung menunjukkan kondisi non-kanker.
Siapa yang Disarankan Melakukan Pemeriksaan PSA?
Pria berusia di atas 50 tahun.
Pria dengan riwayat keluarga kanker prostat.
Pria dengan gejala gangguan prostat, seperti sulit buang air kecil atau nyeri.
Pria keturunan Afrika-Amerika, karena memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker prostat.
Pengobatan yang Dapat Diberikan
Pilihan pengobatan tergantung pada stadium kanker, usia, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Beberapa opsi pengobatan meliputi:
Pengawasan aktif: Untuk kanker yang tumbuh lambat dan tidak menimbulkan gejala.
Operasi (prostatektomi): Pengangkatan prostat secara keseluruhan, umumnya dilakukan pada kanker stadium awal.
Radioterapi: Menggunakan radiasi untuk menghancurkan sel kanker.
Terapi hormon: Menghambat produksi hormon testosteron yang dapat memicu pertumbuhan kanker.
Kemoterapi: Menggunakan obat untuk membunuh sel kanker, biasanya pada kanker yang sudah menyebar.
Terapi target dan imunoterapi: Pengobatan modern yang lebih spesifik pada mekanisme molekuler kanker.
Apakah Kanker Prostat Bisa dideteksi sedini mungkin?
Kanker prostat dapat dideteksi melalui skrining, yang meliputi tes PSA dan pemeriksaan DRE. Tes PSA memiliki kelebihan, seperti mendeteksi kanker pada tahap awal sebelum gejala muncul, sehingga pengobatan dapat dilakukan lebih dini. Namun, ada juga kekurangannya, seperti risiko overdiagnosis, di mana kanker yang tidak berbahaya mungkin terdeteksi dan diobati secara berlebihan, serta false positive yang dapat menimbulkan kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk mendiskusikan dengan dokter tentang manfaat dan risiko skrining sebelum memutuskan untuk melakukannya. Skrining rutin dianjurkan untuk pria dengan risiko tinggi, seperti mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker prostat atau pria berusia di atas 50 tahun. Namun, skrining juga memiliki potensi risiko seperti overdiagnosis dan overtreatment, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memutuskan untuk menjalani tes ini.
Pencegahan yang Dapat Dilakukan
Walaupun tidak semua kasus kanker prostat dapat dicegah, beberapa langkah berikut dapat membantu menurunkan risikonya. Organisasi kesehatan internasional, seperti World Health Organization (WHO) dan American Cancer Society (ACS), juga merekomendasikan perubahan gaya hidup sehat untuk mencegah kanker prostat:
Mengonsumsi makanan sehat: Diet yang kaya akan buah, sayuran, dan serat dapat membantu menjaga kesehatan prostat.
Aktivitas fisik teratur: Olahraga secara rutin membantu mengontrol berat badan dan menurunkan risiko kanker.
Hindari merokok dan alkohol berlebihan: Kedua kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker, termasuk kanker prostat.
Konsultasi rutin ke dokter: Terutama jika memiliki faktor risiko tinggi.
Komplikasi yang Dapat Terjadi
Jika tidak ditangani, kanker prostat dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:
Metastasis: Penyebaran kanker ke tulang atau organ lain, yang dapat menyebabkan nyeri parah dan patah tulang.
Disfungsi ereksi: Akibat dari kanker itu sendiri atau sebagai efek samping pengobatan seperti operasi dan radioterapi.
Masalah buang air kecil: Termasuk inkontinensia, yang dapat timbul akibat pengobatan atau perkembangan kanker.
Kesimpulan
Kanker prostat adalah salah satu jenis kanker yang sering menyerang pria, tetapi dengan deteksi dini dan pengobatan yang tepat, prognosisnya cenderung baik. Penting bagi pria untuk memahami faktor risiko dan gejala kanker prostat serta menjalani gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko. Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai kesehatan prostat, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Sumber:
Global Cancer Observatory. (2020). Prostate cancer fact sheet. Retrieved from https://gco.iarc.fr/
American Cancer Society. (2022). Prostate cancer: Early detection, diagnosis, and staging. Retrieved from https://www.cancer.org/
National Cancer Institute. (2022). Prostate-specific antigen (PSA) test. Retrieved from https://www.cancer.gov/
World Health Organization. (2020). Prostate cancer burden and prevention strategies. Retrieved from https://www.who.int/
Mohler, J., Antonarakis, E. S., Armstrong, A. J., D’Amico, A. V., Davis, B. J., Dorff, T., … & Freedland, S. J. (2021). Prostate cancer, version 2.2021, NCCN clinical practice guidelines in oncology. Journal of the National Comprehensive Cancer Network, 19(2), 134–156. https://doi.org/10.6004/jnccn.2021.0014
Hoffman, R. M., & Woeber, K. (2020). PSA screening for prostate cancer. BMJ, 370, m3209. https://doi.org/10.1136/bmj.m3209
Schröder, F. H., Hugosson, J., Roobol, M. J., Tammela, T. L., Zappa, M., Nelen, V., … & Auvinen, A. (2014). Screening and prostate-cancer mortality in a randomized European study. New England Journal of Medicine, 360(13), 1320–1328. https://doi.org/10.1056/NEJMoa0810084